Di tengah-tengah kota yang hiruk-pikuk, tersembunyi sebuah legenda tua yang kian hari terlupakan. Legenda ini berkaitan dengan sebuah pohon wringin besar yang berdiri anggun dan menyeramkan di lapangan tua kota. Pohon itu tampak begitu tua, akar-akarnya mencengkeram kuat di dalam tanah, rantingnya menjulur dan membentuk bayangan-bayangan aneh ketika malam tiba. Tak ada yang tahu pasti berapa umur pohon itu. Yang pasti, pohon wringin ini telah ada jauh sebelum kota itu didirikan.
Orang-orang tua di desa mengatakan bahwa pohon wringin adalah tempat kediaman dari makhluk halus, khususnya genderuwo – sosok tinggi besar dengan kulit berbulu tebal, mata merah menyala, dan aroma anyir yang menguar ke mana-mana. Namun, anak-anak muda masa kini lebih suka menganggap itu hanya dongeng. Mereka berjalan melewati pohon itu tanpa rasa takut, tak sadar akan bahaya yang menunggu di sana.
Malam itu, seorang pemuda bernama Arif berjalan melintasi lapangan yang sepi. Ia habis dari pesta ulang tahun teman dan ingin pulang melewati jalan pintas yang jarang dilalui orang. Pohon wringin yang besar itu tampak kokoh dan misterius di tengah gelapnya malam, diterangi oleh sinar rembulan yang remang. Arif mengabaikannya, mengira bahwa semua cerita mistis hanyalah takhayul. Tetapi, ketika ia semakin mendekat, angin malam terasa berhembus lebih dingin, menusuk tulang. Arif merasa ada sesuatu yang meng…
Arif semakin mendekat, dan bulu kuduknya mulai berdiri. Ia merasa seperti ada yang mengamatinya dari balik kegelapan pohon wringin. Ia mendengar bisikan, suara lirih yang memanggil namanya, seolah mengundangnya untuk mendekat. Dengan perasaan tidak enak, ia mempercepat langkahnya, namun suara itu semakin jelas, semakin dekat.
Namun, langkahnya terhenti ketika mendengar suara aneh. Suara geraman rendah, disertai oleh aroma anyir yang begitu kuat hingga membuatnya mual. Arif menoleh ke arah pohon wringin, dan ia melihat sesuatu yang membuat darahnya membeku. Dari balik bayang-bayang pohon, muncul sosok besar dan hitam, jauh lebih tinggi dari manusia biasa. Sosok itu memiliki mata merah menyala yang menatapnya dengan ganas, penuh kebencian.
Arif ingin berlari, tetapi tubuhnya kaku, seolah-olah tertahan oleh kekuatan tak terlihat. Genderuwo itu mendekat, dan dengan suara parau, ia berkata, “Kenapa kau mengganggu tempatku?” Suaranya dalam dan bergema, membuat Arif tak mampu berkata-kata.
Genderuwo itu meraih Arif dengan tangan besarnya, cakar-cakarnya yang tajam menyentuh kulitnya dan menimbulkan rasa sakit. Arif berteriak, namun tak ada yang mendengar di tengah malam sepi. Dalam hitungan detik, Arif merasakan tubuhnya melayang, dibawa oleh genderuwo ke dalam kegelapan pohon wringin. Di sana, Arif merasakan kehampaan dan dingin yang menusuk, seakan-akan dunia di sekitar pohon itu terputus dari kenyataan.
Pagi harinya, kabar hilangnya Arif menyebar di seluruh kota. Orang-orang mulai menduga bahwa hilangnya Arif berhubungan dengan pohon wringin angker itu. Para tetua desa mengingatkan anak-anak mereka untuk tidak mendekati pohon tersebut, terutama saat malam hari.
Namun, cerita ini malah mengundang rasa penasaran seorang pemuda bernama Yoga. Ia menganggap semua itu hanyalah omong kosong. Di malam berikutnya, Yoga mendatangi pohon wringin sendirian. Membawa kamera dan senter, ia berharap bisa membuktikan bahwa genderuwo hanyalah legenda.
Saat tiba di pohon, Yoga merasakan hawa dingin yang menusuk. Ia mulai merekam dan mengambil foto, namun tak ada yang aneh pada awalnya. Tapi, tiba-tiba, senter dan kameranya mati. Di tengah kegelapan, muncul sosok besar dengan mata merah menyala dari balik pohon wringin.
Yoga merasa jantungnya berdegup kencang, namun ia mencoba untuk tetap tenang. Tetapi semakin ia berusaha untuk mengabaikan ketakutannya, semakin mendalam rasa takut itu mencekam. Sosok itu semakin mendekat, mengeluarkan suara geraman yang membuat bulu kuduknya meremang. Dalam sekejap, Yoga lenyap ke dalam kegelapan.
Rangkaian kejadian aneh di sekitar pohon wringin membuat warga semakin takut. Setiap malam, aroma anyir mulai tercium di sekitar pohon, dan suara-suara aneh terdengar di tengah malam. Warga percaya bahwa genderuwo yang bersemayam di pohon itu marah dan ingin menuntut korban sebagai gantinya.
Beberapa orang tua akhirnya bercerita bahwa mereka sering melihat bayangan di sekitar pohon saat mereka masih kecil. Mereka juga mengatakan bahwa pohon wringin itu sudah ada bahkan sebelum desa berdiri, seolah-olah pohon itu adalah penjaga yang menakutkan, atau mungkin penghuni yang enggan pergi.
Pada suatu malam yang kelam, para tetua desa akhirnya memutuskan untuk melakukan ritual pembersihan, berharap bisa menenangkan arwah yang bersemayam di pohon wringin. Mereka membawa sesaji dan bunga-bunga untuk diletakkan di bawah pohon, sambil berdoa dengan khusyuk. Malam itu, beberapa penduduk berkumpul di sekitar pohon wringin, mengikuti ritual yang dilakukan oleh seorang dukun yang terkenal di desa mereka.
Dukun itu menaburkan kemenyan dan membaca mantra-mantra kuno, mencoba menenangkan roh genderuwo yang menghuni pohon wringin. Tiba-tiba, angin kencang berhembus, meniup kemenyan yang terbakar dan menciptakan asap tebal yang melingkupi pohon. Dalam keheningan malam, dukun itu berteriak keras, “Wahai penunggu pohon wringin, tinggalkan tempat ini! Jangan lagi kau ganggu manusia!”
Di tengah kepulan asap, samar-samar terlihat sosok genderuwo berdiri di bawah pohon. Ia tampak lebih besar dan lebih menyeramkan daripada sebelumnya, dengan mata merah menyala yang memancarkan kebencian. Genderuwo itu mengeluarkan suara raungan yang memekakkan telinga, membuat semua orang mundur ketakutan.
Namun, dukun itu tetap teguh, memegang kerisnya dan mengarahkannya ke genderuwo tersebut. Setelah mantra terakhir diucapkan, genderuwo itu mengeluarkan jeritan panjang yang menyayat. Tubuhnya menghilang perlahan, dan bayangannya lenyap di balik asap.
Ketika ritual selesai, pohon wringin tampak lebih tenang. Namun, beberapa penduduk percaya bahwa genderuwo itu tidak benar-benar hilang. Mereka percaya bahwa ia hanya tertidur, menunggu waktu untuk bangkit kembali, dan mengintai orang-orang yang berani mendekati pohon itu.
Kini, pohon wringin itu tetap berdiri, menyimpan rahasia kelam yang tak terkatakan. Hanya mereka yang benar-benar nekat atau tak beruntung yang mungkin merasakan kehadiran sang genderuwo. Dan ketika malam semakin pekat, angin mulai berhembus dingin, dan aroma anyir yang samar kadang terasa… seakan menjadi peringatan bagi siapa pun yang berani mendekati pohon wringin, tempat genderuwo itu pernah bersemayam.
Bayangan Merah di Pohon Wringin: Ketakutan yang Terbangkitkan
Ketika malam semakin pekat, pohon tua itu menuntut jiwa yang berani mendekat. Apakah kamu cukup berani untuk melihat siapa yang bersembunyi di balik bayangan merah?

Baca Juga
Rekomendasi untuk kamu

Malam itu hujan deras. Petir menyambar, menerangi sebentar langit yang gelap gulita. Andini duduk sendirian…

Di sebuah desa kecil yang jauh dari hingar-bingar kota, berdiri sebuah pesantren sederhana yang menjadi…

Pendahuluan Nabi Muhammad SAW, sebagai utusan Allah, adalah sosok teladan bagi seluruh umat manusia. Kehidupan…