Curah Jeru, Situbondo – Pelopor Peduli Disabilitas Situbondo (PPDiS) mengadakan kegiatan Pelatihan Perspektif GEDSI dan Perencanaan Pembangunan Desa bagi Kelompok Difabel Desa (KDD) Curah Jeru dan Peleyan pada tanggal 20-21 September 2023, bertempat di Aula Balai Desa Curah Jeru, Panji, Situbondo.
Pelatihan yang diikuti oleh 20 difabel beserta keluarga dari dua desa, Curah Jeru dan Peleyan, bertujuan untuk meningkatkan pemahaman KDD mengenai perencanaan pembangunan desa dengan perspektif GEDSI (Gender Equality, Disability, and Social Inclusion).
Selama dua hari, KDD menerima dua materi utama. Pada hari pertama, materi mengenai perspektif GEDSI difasilitasi oleh empat fasilitator desa, yakni Deni Fariza Ulfa (Fasilitator Desa Juglangan), Eko W (Fasilitator Desa Tenggir), Rosi Fendi (Fasilitator Desa Peleyan), dan Slamet Heri Susanto (Fasilitator Desa Curah Jeru).
Bella Dwi Indah Sari, selaku Project Officer PPDiS, menjelaskan bahwa pelatihan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman serta meningkatkan kapasitas KDD dalam memahami konsep GEDSI dan perencanaan pembangunan desa.
“Kami berharap KDD dapat lebih aktif dalam berpartisipasi dan mengawal perencanaan pembangunan desa yang inklusif dan partisipatif di desa masing-masing. KDD, yang saat ini baru berusia satu tahun, telah mulai memberikan kontribusi melalui keterlibatan mereka dalam proses perencanaan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa. Ke depan, kami optimis KDD akan menjadi lebih kuat dan terus menjadi pelopor desa inklusi di wilayahnya,” kata Bella.
Pada hari pertama, materi Perspektif GEDSI disampaikan melalui metode pembelajaran yang interaktif, di mana peserta diajak belajar sambil bermain untuk memahami perbedaan antara seks dan gender, bentuk-bentuk ketidakadilan, interseksionalitas, inklusi sosial, dan APKM (Asesmen Partisipatif Kesejahteraan Masyarakat). Para peserta terlihat antusias dan aktif dalam memberikan pendapat di setiap sesi.
“Peserta cukup aktif. Mereka antusias mengikuti setiap sesi pelatihan. Kami sebagai fasilitator desa berharap materi GEDSI ini dapat menjadi pintu awal bagi peserta untuk lebih memahami perencanaan pembangunan desa yang inklusif dan partisipatif,” ujar Deni.
Pada hari kedua, materi mengenai perencanaan pembangunan desa disampaikan oleh Bapak Edy, TAPM Kabupaten Situbondo. Materi ini disajikan dengan menarik, menggunakan berbagai metode seperti diskusi, bernyanyi, tanya-jawab, dan aktivitas lainnya, sehingga peserta dapat dengan mudah menyerap materi.
Di penghujung pelatihan, Santoso, selaku Project Manager, menjelaskan tentang Rencana Tindak Lanjut (RTL) dari pelatihan ini.
“Pasca pelatihan, KDD akan segera mempraktikkan ilmu yang telah diperoleh dengan mengadakan audiensi atau diskusi bersama Pemerintah Desa dan BPD. Topik yang dibahas akan mencakup penggunaan data difabel di desa, musyawarah perencanaan pembangunan desa (Musrenbang), serta penyampaian aspirasi kepada BPD. Kami berharap dengan adanya RTL ini, KDD dapat mulai mengadvokasi kebijakan desa secara mandiri dan memantau sejauh mana desa telah menjadi inklusif,” terang Santoso.