KKN Universitas Jember Sosialisasikan Pengolahan Sampah di Tokelan

Redaksi
KKN Universitas Jember Sosialisasikan Pengolahan Sampah di Tokelan
Mahasiswa KKN UMD kelompok 211 Universitas Jember bersama peserta sosialisasi pengenalan sampah organik, anorganik, dan limbah B3.

Toklean, Situbondo – Mahasiswa KKN UMD Kelompok 211 Universitas Jember memberikan sosialisasi kepada masyarakat di Desa Tokelan Kecamatan Panji Kabupaten Situbondo, Jumat sore (19/07/2024). Kegiatan ini dilakukan khususnya kepada ibu rumah tangga mengenai pengenalan sampah organik, anorganik, dan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Limbah B3).

Sosialisasi yang diberikan oleh KKN Universitas Jember mulai dari pengenalan jenis sampah, dampak dari sampah, hingga pada pengolahan sampah tersebut. Tujuan diadakannya sosialisasi ini untuk memberikan informasi dan cara alternatif yang dapat dilakukan masyarakat terutama bagi ibu rumah tangga dalam mengelolah sampah.

KKN Universitas Jember memberikan pengenalan mengenai jenis-jenis sampah organik, anorganik dan Limbah B3, dimana sampah organik dapat berupa sisa makanan, daun-daun kering, tulang belulang ikan, dan lainnya, sedangkan sampah anorganik dapat berupa kantong plastik, botol plastik, kaleng, botol kaca dan sebagainya. Limbah B3 biasanya ditemukan di lingkup industri, namun dalam penyampaian sosialisasi yang kami berikan lebih fokus terhadap limbah B3 di lingkup rumah tangga.

Limbah B3 yang ada di lingkup rumah tangga dapat berupa baterai bekas, sisa deterjen, pembersih lantai kamar mandi dan lain-lain. Pengolahan limbah B3 dapat dilakukan dengan bahan ramah lingkungan seperti cuka dan baking soda sebagai pengganti pembersih kamar mandi.

Salah satu peserta mengatakan, sosialisasi yang dilakukan oleh KKN Universitas Jember memberikan edukasi baru bagi masyarakat desa, sehingga limbah rumah tangga menjadi potensi yang dapat memanfaatkan untuk kepentingan rumah tangga itu sendiri.

“Jadi penggunaannya sesuai porsi, takaran baking soda secukupnya hingga keluar busa untuk membersihkan dinding dan lantai kamar mandi”, ujar Lia selaku perangkat desa Tokelan.

Selain pada pengolahan sampa keluarga, KKN Universitas Jember ini juga memberikan paparkan secara detail dampak terhadap lingkungandengan tujuan agar masyarakat lebih peduli terhadap lingkungan sekitar. Dampak lingkungan yang diakibatkan oleh sampah organik, anorganik, maupun Limbah B3 yaitu pencemaran tanah dan air, ancaman kesehatan yang dapat terjadi dalam jangka panjang, serta menyebabkan terjadinya kerusakan ekosistem. Kerusakan lingkungan yang kerap kali terjadi membuat kami berinisiatif dalam memberikan informasi mengenai cara mengolah sampah organik, anorganik, maupun Limbah B3.

Pengolahan sampah organik, anorganik, dan Limbah B3 dapat dilakukan dengan cara memilah sampah berdasarkan warnanya seperti warna hijau untuk sampah organik, warna kuning untuk sampah anorganik, dan warna merah untuk Limbah B3.

KKN Universitas Jember juga memberikan cara alternatif dan panduan praktis dalam mengolah limbah organik, anorganik, maupun Limbah B3, yang berkaitan dengan lingkungan untuk mengurangi pencemaran lingkungan. Limbah organik dapat dikelola dengan cara membuat kompos dari sisa sayuran yang telah digunakan serta dapat dimanfaatkan untuk pembuatan briket arang dari sampah tongkol jagung yang dikumpulkan oleh petani jagung dan tersedia dalam jumlah besar.

Briket arang yang telah dihasilkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar ramah lingkungan, tahan lama dan lebih ekonomis. Briket arang juga dapat diperjualbelikan oleh masyarakat sekitar untuk meningkatkan ekonomi masyarakat.

Diharapkan dengan adanya inovasi berupa briket arang, Desa Tokelan dapat lebih dikenal oleh masyarakat luar. “Berharap dengan inovasi ini, selain masyarakat dapat meningkatkan ekonomi keluarga, Desa Tokelan juga dikenal diluar,” harap Munadi selaku Ketua Kelompok Tani saat mengikuti acara sosialisasi.

Limbah anorganik tidak kalah penting karena dapat dijadikan sebagai aneka kerajinan tangan salah satunya APE (Alat Peraga Edukasi) yang dapat membangun motorik anak. APE dapat dibuat dari kardus, botol plastik, tutup botol, sedotan plastik, dan sebagainya. APE dapat dibuat dengan semenarik mungkin supaya anak-anak tertarik dalam belajar sambil bermain.

“Sosialisasi ini juga berkelanjutan, selain kepada masyarakat juga dilakukan pelatihan dan pengenalan pembuatan APE kepada guru TK dan SD, agar dapat juga memberikan dampak positif terhadap pendidikan sejak dini,” pinta peserta pada saat sosialisasi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *